Disfasia

Disfasia

Disfasia adalah gangguan bahasa lisan yang spesifik, parah dan berlangsung lama. Rehabilitasi, terutama terapi wicara, memungkinkan anak-anak disfasik berkembang meskipun gangguan ini menetap hingga dewasa. 

Apa itu disfasia?

Definisi disfasia

Disfasia atau Gangguan Bahasa Oral Primer adalah gangguan perkembangan saraf bahasa lisan. Gangguan ini menyebabkan defisit yang parah dan bertahan lama dalam perkembangan produksi dan/atau pemahaman bicara dan bahasa. Gangguan ini, yang dimulai saat lahir, hadir sepanjang hidup, pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil tergantung pada pengobatan selama masa kanak-kanak. 

Ada beberapa bentuk disfasia: 

  • Disfasia ekspresif yang ditandai dengan kesulitan dalam menghasilkan pesan 
  • Disfasia reseptif ditandai dengan kesulitan memahami pesan 
  • Disfasia campuran: kesulitan memproduksi dan memahami pesan 

Global 

Disfasia adalah gangguan spesifik yang bukan karena disabilitas intelektual, malformasi oral-oral atau kelumpuhan atau defisiensi afektif dan/atau edukatif, juga bukan karena gangguan pendengaran atau gangguan komunikasi. 

Disfasia terkait dengan disfungsi struktur otak yang didedikasikan khusus untuk bahasa.  

Diagnostik

Diagnosis disfasia tidak dapat ditegakkan sebelum anak berusia 5 tahun. Memang sudah perlu untuk memeriksa apakah gejala yang diamati hilang setelah terapi wicara dan jika tidak ada penyebab lain seperti defisit intelektual.

Diagnosis disfasia dan tingkat keparahannya ditetapkan oleh beberapa spesialis setelah penilaian dan evaluasi oleh berbagai profesional kesehatan dalam praktik individu atau pusat bahasa rujukan: dokter atau dokter anak yang hadir, psikolog atau neuropsikolog, terapis wicara, terapis psikomotor. 

Orang-orang yang bersangkutan 

Sekitar 2% orang terkena disfasia, kebanyakan anak laki-laki (Sumber: Inserm 2015). Anak laki-laki tiga kali lebih banyak terkena daripada anak perempuan. Disfasia mempengaruhi setidaknya satu dari 3 anak usia sekolah setiap tahun di Prancis. Diperkirakan 100% orang dewasa pernah menderita disfasia dan menyimpan bahasa yang sulit dimengerti. 

Faktor risiko 

Disfasia dikatakan memiliki komponen genetik. Gangguan perkembangan bahasa lisan atau kesulitan belajar bahasa tulis lebih sering ditemukan pada orang tua dan/atau saudara kandung dari anak disfasia.

Gejala disfasia

Gangguan bahasa lisan

Anak-anak dengan disfasia menderita gangguan bahasa lisan. Mereka berbicara terlambat, buruk, dan mengalami kesulitan mengekspresikan diri secara lisan.

Tanda-tanda disfasia

  • Anak itu tidak dapat menemukan kata-katanya 
  • Anak mengekspresikan dirinya dalam kalimat pendek, dengan gaya telegrafik (tidak lebih dari 3 kata), misalnya “saya bermain truk”
  • Dia berbicara sedikit
  • Dia jarang bertanya 
  • Dia kesulitan mengungkapkan apa yang dia rasakan, apa yang dia inginkan, apa yang dia pikirkan
  • Kami tidak mengerti apa yang dia katakan 
  • Dia memiliki kesulitan sintaksis (pergantian kalimat)
  • Kata-katanya kurang bermakna dan tidak konsisten 
  • Ada kesenjangan besar antara pemahamannya dan ekspresi lisannya
  • Dia tidak mengerti perintah sederhana (memberi, menerima)

Anak disfasia berkomunikasi secara non-verbal 

Anak disfasia berusaha mengatasi kesulitannya dalam berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi non-verbal (gerak tubuh, ekspresi wajah, gambar, dll.)

Gangguan yang berhubungan dengan disfasia 

Disfasia sering dikaitkan dengan gangguan lain seperti disleksia/disortografi, gangguan pemusatan perhatian dengan atau tanpa hiperaktivitas (ADD/HD) atau/dan gangguan akuisisi koordinasi (TAC atau dyspraxia). 

Perawatan untuk disfasia

Perawatan ini terutama didasarkan pada terapi wicara, berkepanjangan dan idealnya direncanakan. Ini tidak menyembuhkan tetapi membantu anak untuk mengkompensasi kekurangannya. 

Rehabilitasi terapi wicara dapat dikombinasikan dengan dukungan dari spesialis lain: terapis psikomotor, terapis okupasi, psikolog, ortoptis.

Pencegahan disfasia

Disfasia tidak dapat dicegah. Sebaliknya, semakin dini ditangani, semakin besar manfaatnya dan semakin besar kemungkinan anak disfasia untuk mengikuti sekolah normal. 

Tinggalkan Balasan