Ophiophobia: semua yang perlu Anda ketahui tentang fobia ular

Ophiophobia: semua yang perlu Anda ketahui tentang fobia ular

Ophiophobia adalah ketakutan panik dan tak terkendali terhadap ular. Seperti fobia lainnya, ini adalah pemicu gangguan psikologis dan kecemasan yang dapat melumpuhkan setiap hari. Kecemasan yang berlebihan dan paling sering disalahartikan oleh orang-orang di sekitarnya.

Apa itu ophiophobia?

Juga disebut ophidophobia, ophiophobia berasal dari bahasa Yunani kuno "ophis" yang berarti "ular" dan dari "fobia" yang berarti "takut". Kami memperhatikan bahwa fobia ular sering dikaitkan dengan herpetofobia, yaitu ketakutan panik terhadap reptil. Hal ini ditandai dengan ketakutan yang tidak dapat diatasi dan seringkali tidak rasional terhadap ular. Perasaan sedih juga dapat dipicu hanya dengan melihat foto, film, atau membaca sepatah kata pun.

Ophiophobia adalah salah satu fobia yang paling umum dan diklasifikasikan di bawah kategori zoofobia, ketakutan akan binatang. Beberapa sejarawan berhipotesis bahwa fobia ular bisa ditorehkan dalam memori traumatis manusia sejak zaman prasejarah. Ini khususnya kasus antropolog Lynne A. Isbell dalam bukunya Buah, Pohon dan Ular (edisi Harvard University Press). Faktanya, manusia memiliki reaksi kelangsungan hidup bawaan terhadap hewan dan ketajaman visual yang memungkinkannya untuk diidentifikasi dengan sangat cepat. Kemampuan yang diwarisi dari naluri berburu nenek moyang kita, dan yang juga dimiliki oleh beberapa primata. 

Penyebab ophiophobia

Ketakutan menggigit dan tersedak yang terkait dengan hewan ini dapat dijelaskan oleh peristiwa traumatis yang dialami pasien di masa kanak-kanak atau dewasanya. 

Tetapi ular itu juga sangat menderita dari citra predator yang dikaitkan dengannya. Penggoda kejahatan yang tak tertahankan bagi Adam dan Hawa di Taman Eden, ular itu secara teratur digambarkan secara negatif dalam karya sastra dan sinematografi, mampu membunuh dengan mencekik, menggigit, dan menelan dalam satu suap, seperti dalam Le Petit Prince oleh Antoine de Saint -Exupéry. Alasan yang bisa menjelaskan kewaspadaan naluri bertahan hidup kita dalam menghadapi hewan yang merangkak dan mendesis ini.

Beberapa psikoanalis menarik paralel antara ketakutan akan pengebirian dan fobia ular. Hewan itu dapat mewakili penis yang terlepas dari tubuh dalam psikoanalisis.

Fobia ular: apa saja gejalanya?

Beberapa faktor yang membedakan ketakutan sederhana terhadap ular dari fobia nyata seperti: 

  • Ketidakmampuan untuk pergi ke tempat yang memungkinkan untuk bertemu ular, seperti kebun binatang;
  • Ketidakmampuan untuk menonton foto atau film dengan ular;
  • Sebuah bacaan sederhana yang menyebutkan hewan dapat memicu gangguan kecemasan;
  • Ketakutan yang seringkali bersifat delusi – terutama jika orang tersebut tinggal di Barat – menghadapi ular dan menjadi sasaran serangan fatal;
  • Mimpi buruk yang berulang di mana ular itu hadir;
  • Ketakutan akan kematian.

Saat melihat ular, gejala yang menunjukkan fobia ular muncul. Ini adalah awal dari kecemasan yang tidak terkendali yang dapat memanifestasikan dirinya dengan:

  • Jijik dan mual;
  • Palpitasi;
  • Tremor;
  • Krisis air mata;
  • Berkeringat; 
  • Takut mati; 
  • Pusing dan pingsan.

Kemungkinan perawatan untuk fobia ular

Untuk meredakan ophiophobia, paling sering pasien beralih ke psikoanalisis atau terapi perilaku dan kognitif. 

Terapi perilaku akan bekerja pada paparan fobia atau sebaliknya menjauhkannya berkat teknik relaksasi, pernapasan, atau proyeksi positif. CBT paling sering merupakan terapi singkat yang dapat berlangsung dari 8 hingga 12 minggu tergantung pada pasien dan gangguannya.

Psikoanalisis lebih merupakan bagian dari proses pemahaman untuk mengidentifikasi penyebab pasti gangguan tersebut. Ketika fobia terlalu melemahkan, ansiolitik dapat diresepkan oleh dokter untuk meredakan gejala dan serangan kecemasan. 

Tinggalkan Balasan