Pertanian organik di India

Penggunaan alternatif non-pestisida merupakan pendekatan pengelolaan hama yang berkelanjutan berdasarkan teori bahwa infestasi oleh spesies serangga menunjukkan adanya gangguan di suatu tempat di lingkungan. Memperbaiki akar masalah alih-alih mengobati gejalanya dapat menyeimbangkan populasi serangga dan meningkatkan kesehatan tanaman secara keseluruhan.

Transisi ke metode pertanian alami dimulai sebagai gerakan massal. Pada tahun 2000, sekitar 900 warga desa Punukula, Andhra Pradesh, menderita berbagai masalah. Petani melaporkan masalah kesehatan yang berkisar dari keracunan akut hingga kematian. Serangan hama secara teratur menghancurkan tanaman. Serangga mengembangkan resistensi terhadap bahan kimia, memaksa petani untuk mengambil pinjaman untuk membeli pestisida yang semakin mahal. Orang-orang menghadapi biaya perawatan kesehatan yang besar, gagal panen, kehilangan pendapatan dan hutang.

Dengan bantuan organisasi lokal, petani telah bereksperimen dengan praktik bebas pestisida lainnya, seperti menggunakan pengobatan alami (misalnya mimba dan cabai) untuk mengendalikan serangga dan menanam tanaman umpan (misalnya marigold dan biji jarak). Mengingat pestisida kimia membunuh semua serangga, penggunaan alternatif non-pestisida dimaksudkan untuk menyeimbangkan ekosistem agar serangga tetap ada dalam jumlah normal (dan tidak pernah mencapai tingkat infestasi). Banyak serangga, seperti kepik, capung, dan laba-laba, memainkan peran penting di alam dan dapat bermanfaat bagi tanaman.

Selama tahun menggunakan metode pertanian alami, penduduk desa melihat sejumlah hasil positif. Masalah kesehatan hilang. Perkebunan yang menggunakan alternatif non-pestisida memiliki keuntungan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah. Memperoleh, menggiling, dan mencampur pengusir alami seperti biji mimba dan cabai juga telah menciptakan lebih banyak pekerjaan di desa. Karena petani mengolah lebih banyak lahan, teknologi seperti penyemprot ransel membantu mereka menanam tanaman dengan lebih efisien. Penduduk melaporkan peningkatan keseluruhan dalam kualitas hidup mereka, dari kesehatan hingga kebahagiaan dan keuangan.

Seiring tersebarnya berita tentang manfaat alternatif non-pestisida, semakin banyak petani memilih untuk menghindari bahan kimia. Pada tahun 2004 Punukula menjadi salah satu desa pertama di India yang menyatakan dirinya benar-benar bebas dari pestisida. Segera, kota dan desa lain di Andhra Pradesh mulai terlibat dalam pertanian organik.

Rajashehar Reddy dari Krishna County menjadi petani organik setelah mengamati masalah kesehatan sesama warga desa, yang dia yakini terkait dengan pestisida kimia. Dia belajar teknik pertanian organik dari acara televisi pertanian pagi dan video YouTube. Saat ini hanya dua tanaman yang tumbuh di desanya (cabai dan kapas), tetapi tujuannya adalah untuk mulai menanam sayuran.

Petani Wutla Veerabharao mengenang masa sebelum pestisida kimia, ketika hampir semua petani menggunakan metode pertanian alami. Dia mencatat bahwa perubahan terjadi pada 1950-an, selama Revolusi Hijau. Setelah memperhatikan bagaimana bahan kimia mengubah warna tanah, ia mulai membatasi penggunaannya.

Veerabharao juga mengkhawatirkan pola makan keluarganya dan efek kesehatan dari bahan kimia. Penyemprot pestisida (biasanya petani atau buruh tani) bersentuhan langsung dengan bahan kimia yang menyerang kulit dan paru-paru. Bahan kimia tidak hanya membuat tanah tidak subur dan membahayakan populasi serangga dan burung, tetapi juga mempengaruhi manusia dan dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes dan kanker, kata Veerabharao.

Meskipun demikian, tidak semua warga desanya bertani organik.

“Karena pertanian organik membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga, sulit bagi masyarakat pedesaan untuk mulai memperhatikannya,” jelasnya.

Pada tahun 2012, pemerintah negara bagian menjalankan program pelatihan pertanian alami tanpa anggaran. Selama tujuh tahun terakhir, Veerabharao telah menjalankan pertanian organik XNUMX% yang menanam tebu, kunyit, dan cabai.

“Pertanian organik memiliki pasarnya sendiri. Saya menetapkan harga untuk produk saya, berbeda dengan pertanian kimia yang harganya ditentukan oleh pembeli,” kata Veerabharao.

Butuh tiga tahun bagi petani Narasimha Rao untuk mulai menghasilkan keuntungan nyata dari pertanian organiknya, tetapi sekarang dia dapat menetapkan harga dan menjual produk langsung ke pelanggan daripada mengandalkan pasar. Keyakinannya pada organik membantunya melewati periode awal yang sulit ini. Pertanian Organik Narasimha saat ini mencakup 90 hektar. Dia menanam labu, ketumbar, kacang-kacangan, kunyit, terong, pepaya, mentimun, cabai dan berbagai sayuran, yang dengannya dia juga menanam calendula dan biji jarak sebagai tanaman umpan.

“Kesehatan adalah perhatian utama kehidupan manusia. Hidup tanpa kesehatan sengsara,” ujarnya menjelaskan motivasinya.

Dari tahun 2004 hingga 2010, penggunaan pestisida berkurang 50% di seluruh negara bagian. Selama tahun-tahun itu, kesuburan tanah meningkat, populasi serangga bangkit kembali, petani menjadi lebih mandiri secara finansial, dan upah meningkat.

Saat ini, 13 distrik di Andhra Pradesh menggunakan beberapa bentuk alternatif non-pestisida. Andhra Pradesh berencana untuk menjadi negara bagian India pertama dengan 100% “pertanian subsisten tanpa anggaran” pada tahun 2027.

Dalam komunitas di seluruh dunia, orang-orang terhubung kembali dengan lingkungan alami mereka sambil mencari cara hidup yang lebih berkelanjutan!

Tinggalkan Balasan