Pengembangan kemampuan kreatif anak sekolah dasar: proses, metode, sarana

Pengembangan kemampuan kreatif anak sekolah dasar: proses, metode, sarana

Pengembangan kemampuan kreatif anak sekolah dasar dikaitkan dengan imajinasi. Kombinasi belajar dan bermain mendorong pengembangan pemikiran kreatif.

Metode untuk mengembangkan pemikiran kreatif

Berpikir kreatif atau kreatif seharusnya sudah dikembangkan di sekolah dasar. Pada usia 8-9 tahun, anak mengalami kebutuhan pengetahuan yang tinggi, yang berjalan dalam 2 arah: di satu sisi, siswa berusaha untuk berpikir secara mandiri, di sisi lain, pemikirannya menjadi kritis.

Pelajaran kreativitas untuk siswa yang lebih muda bisa menyenangkan

Sekolah mendisiplinkan anak, memberinya pengetahuan baru, memotong, terutama, kemampuan untuk berpikir kreatif. Untuk mengajarkan ini kepada anak sekolah, Anda harus menggunakan teknik berikut:

  • Sebuah analogi, ketika fenomena yang kompleks dapat dijelaskan dengan yang sederhana, digunakan dalam teka-teki.
  • Brainstorming adalah kelompok melemparkan ide-ide tanpa diskusi atau kritik.
  • Analisis kombinasional adalah perbandingan dua jenis fitur, misalnya, pertanyaan tentang rasio anggota kalimat terhadap bagian pidato.

Teknik-teknik ini dapat digunakan dalam pelajaran bahasa dan sastra Rusia.

Proses pemecahan masalah kreatif dan cara yang digunakan

Untuk membangkitkan pikiran yang tidak aktif, tugas harus bersifat paradoks. Kombinasi elemen yang tidak terduga membuat otak mencari solusi non-standar.

Anda dapat meminta anak-anak untuk menghubungkan benda-benda yang tidak berhubungan, seperti mouse dan bantal. Jawabannya mungkin terdengar seperti: “Berapa banyak tikus yang muat di bantal?” Tugas lain adalah membuat rantai peristiwa antara dua ekstrem, misalnya, "Hujan mulai turun dan seekor lalat terbang ke dalam rumah." Ceritanya mungkin terdengar seperti ini: “Hujan mulai turun, tetes-tetes deras jatuh di dedaunan, tempat lalat bersembunyi. Lalat dengan rapi keluar dari tempat penampungan dan terbang ke dalam rumah. “

Tugas paradoks dapat mempertimbangkan situasi ketika seorang siswa menemukan dirinya dalam situasi yang luar biasa.

Misalnya, “Kamu sudah menjadi semut, apa yang kamu rasakan, apa yang kamu takutkan, di mana kamu tinggal, apa yang kamu lakukan, dll.” Tugas lain dapat bertindak sebagai varian dari game "Tebak kata". Presenter menerima kartu dengan nama subjek. Dia harus menggambarkan tanda-tandanya seakurat mungkin, tanpa menggunakan gerakan. Anggota kelompok lainnya harus memberi nama item ini.

Amati anak dan dorong imajinasinya, jika ini tidak sepenuhnya melepaskannya dari kenyataan. Pengembangan kreativitas yang baik dapat berupa komposisi dongeng atau penyelesaian plot yang diciptakan.

Anda dapat mengembangkan imajinasi anak melalui kreativitas, dongeng, dan permainan. Siswa sudah dapat membedakan kenyataan dari fiksi, yang memungkinkannya untuk tidak bingung dalam plot fantasi.

Tinggalkan Balasan