Psikologi

Kami terus berubah, meskipun kami tidak selalu menyadarinya. Perubahan hidup bisa membuat kita lebih bahagia atau lebih sedih, memberi kita kebijaksanaan atau membuat kita kecewa pada diri sendiri. Itu semua tergantung pada apakah kita siap untuk perubahan.

1. Penampilan hewan peliharaan

Jumlah suka di bawah gambar dengan kucing di jejaring sosial berbicara dengan fasih tentang cinta untuk hewan berkaki empat. Ini bukan berita: hewan peliharaan menciptakan suasana nyaman, membantu mengatasi stres dan kecemasan. Di rumah di mana kucing atau anjing tinggal, orang cenderung tidak menderita penyakit jantung. Banyak orang memilih hewan peliharaan untuk diri mereka sendiri, merawatnya seperti anggota keluarga.

Tetapi bahkan anjing atau kucing pekarangan biasa dari tempat penampungan bisa menjadi sumber kegembiraan untuk waktu yang lama. Mereka yang bermain dengan hewan peliharaan selama 15 hingga 20 menit sehari meningkatkan kadar serotonin dan oksitosin, neurotransmiter yang secara tradisional dikaitkan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Kebalikannya juga benar: pada anjing, kadar oksitosin juga meningkat selama interaksi dengan pemiliknya.

2. Menikah

Stres yang kita alami ketika merencanakan pernikahan ditimpa oleh kegembiraan akan prospek menghubungkan kehidupan dengan orang yang kita cintai. Selain keuntungan yang jelas, orang yang menikah menerima kekebalan psikologis — mereka menderita lebih sedikit depresi, lebih kecil kemungkinannya untuk kecanduan narkoba, dan lebih puas dengan diri mereka sendiri dan kehidupan mereka daripada orang lajang. Benar, manfaat ini hanya tersedia bagi mereka yang menikah dengan bahagia.

Gaya resolusi konflik wanita melibatkan lebih banyak empati dan penyesuaian terhadap perasaan pasangan.

Dalam keluarga yang disfungsional, iklim psikologis agak menindas, ancaman yang terdaftar menjadi lebih berbahaya. Stres, kecemasan, dan pelecehan emosional paling memengaruhi wanita. Dan bukan karena mereka cenderung memasukkan semuanya ke dalam hati.

Alasannya ada pada mekanisme penyelesaian konflik: gaya wanita lebih banyak melibatkan empati dan penyesuaian terhadap perasaan pasangan, sedangkan suami biasanya kurang tanggap dan dalam situasi konflik mereka lebih memilih menghindari percakapan yang tidak menyenangkan.

3. Perceraian

Perpisahan dengan seseorang yang pernah sangat dicintai bisa menjadi ujian yang lebih serius daripada kematiannya. Memang, dalam hal ini, kita mengalami kekecewaan pahit — dalam pilihan kita, harapan dan impian kita. Kita bisa kehilangan arah dan jatuh ke dalam depresi berat.

4. Memiliki anak

Dengan munculnya anak-anak, hidup menjadi lebih cerah dan lebih kaya. Itulah yang dikatakan akal sehat. Tetapi statistik menunjukkan bahwa segala sesuatunya tidak begitu jelas. Sebuah studi tahun 2015 menunjukkan bahwa calon orang tua cenderung mengalami berita tentang tambahan baru dalam keluarga mereka dengan kegembiraan dan kegembiraan. Namun kemudian, dua pertiga dari mereka mengalami penurunan tingkat kebahagiaan di tahun kedua membesarkan anak, ketika euforia awal berlalu dan kehidupan kembali ke jalur yang stabil.

Kehamilan harus diinginkan, dan kita harus merasakan dukungan dari orang yang dicintai, terutama di tahun-tahun awal.

Benar, penelitian sebelumnya memang menambah optimisme: hari ini, orang tua pada umumnya tidak lebih bahagia daripada 20 tahun yang lalu, tetapi mereka masih lebih bahagia daripada mereka yang tidak memiliki anak sama sekali. Adapun kondisi yang menentukan apakah kelahiran anak akan menjadi pengalaman positif bagi kita, psikolog hampir sepakat: kehamilan harus diinginkan, dan kita harus merasakan dukungan dari orang yang dicintai, terutama di tahun-tahun awal.

5. Kematian orang tua

Meskipun kita semua melalui ini dan mungkin mencoba mempersiapkan diri terlebih dahulu, kehilangan orang yang dicintai masih merupakan tragedi. Seberapa kuat perasaan sedih akan tergantung pada hubungan dengan orang tua. Biasanya, laki-laki lebih berduka karena kehilangan ayah mereka, sementara anak perempuan merasa sulit menerima kehilangan ibu mereka.

Semakin muda kita, semakin menyakitkan. Anak-anak yang kehilangan orang tua mereka ketika mereka masih muda memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah dan lebih berisiko mengalami depresi dan bunuh diri. Risiko meningkat jika orang tua tidak bahagia dan meninggal karena bunuh diri.

Tinggalkan Balasan