Psikologi

Kecemasan yang terus-menerus sering kali tidak tampak seperti sesuatu yang serius bagi orang luar. Cukup dengan "menenangkan diri" dan "tidak khawatir tentang hal-hal sepele," pikir mereka. Sayangnya, terkadang kegembiraan yang tidak masuk akal menjadi masalah serius, dan bagi orang yang rentan terhadapnya, tidak ada yang lebih sulit daripada "menenangkan diri".

Di dunia, wanita paling sering terkena gangguan kecemasan, serta orang muda di bawah usia 35 tahun. Mereka paling sering mencatat: kecemasan tanpa alasan tertentu, serangan ketakutan yang parah (serangan panik), pikiran obsesif, untuk menyingkirkan yang perlu melakukan ritual tertentu, fobia sosial (takut komunikasi) dan berbagai jenis fobia, seperti sebagai rasa takut akan ruang terbuka (agorafobia) atau tertutup (klaustrofobia).

Tetapi prevalensi semua penyakit ini di berbagai negara berbeda. Psikolog dari University of Cambridge (UK) yang dipimpin oleh Olivia Remes menemukan bahwa sekitar 7,7% populasi di Amerika Utara, Afrika Utara, dan Timur Tengah menderita gangguan kecemasan. Di Asia Timur — 2,8%.

Rata-rata, sekitar 4% populasi mengeluhkan gangguan kecemasan di seluruh dunia.

"Kami tidak tahu persis mengapa wanita lebih rentan terhadap gangguan kecemasan, mungkin karena perbedaan neurologis dan hormonal antara kedua jenis kelamin," kata Olivia Remes. “Peran tradisional perempuan selalu untuk merawat anak-anak, sehingga kecenderungan mereka untuk khawatir dibenarkan secara evolusioner.

Wanita juga lebih cenderung merespons secara emosional terhadap masalah dan kesulitan yang muncul. Mereka sering terpaku memikirkan situasi saat ini, yang memicu kecemasan, sementara pria biasanya lebih suka menyelesaikan masalah dengan tindakan aktif.

Sedangkan untuk kaum muda di bawah 35 tahun, kecenderungan kecemasan mereka mungkin menjelaskan tingginya laju kehidupan modern dan penyalahgunaan jejaring sosial.

Tinggalkan Balasan