Ilmuwan: orang tidak perlu mengonsumsi vitamin

Banyak orang mengira bahwa semakin tubuh jenuh dengan vitamin, maka akan semakin sehat, dan sistem kekebalan tubuh juga akan semakin kuat. Namun, kelebihan beberapa di antaranya dapat berdampak negatif, itulah sebabnya berbagai patologi mulai berkembang.

Vitamin ditemukan ke dunia oleh seorang pria bernama Linus Pauling, yang percaya pada kekuatan ajaibnya. Misalnya, ia berpendapat bahwa asam askorbat mampu menghentikan perkembangan tumor kanker. Tetapi hingga saat ini, para ilmuwan telah membuktikan efeknya yang sepenuhnya berlawanan.

Misalnya, banyak penelitian telah dilakukan yang menyangkal klaim Pauling bahwa vitamin C akan melindungi dari infeksi pernapasan dan kanker. Karya ilmuwan modern telah membuktikan bahwa terlalu banyak zat dalam tubuh manusia memengaruhi perkembangan patologi dan onkologi yang serius.

Akumulasi mereka dapat terjadi jika seseorang mengonsumsi sediaan vitamin buatan.

Penggunaan vitamin buatan tidak akan mendukung tubuh

Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa vitamin semacam itu tidak dibutuhkan oleh seseorang, karena tidak ada manfaatnya. Namun, mereka dapat diresepkan untuk pasien yang tidak memenuhi tingkat nutrisi yang baik.

Selain itu, kelebihan dapat berdampak negatif pada sel-sel tubuh dan menyebabkan berkembangnya berbagai penyakit.

Pauling, yang mengonsumsi asam askorbat dosis besar, meninggal karena kanker prostat. Hal yang sama terjadi pada istrinya yang didiagnosis menderita kanker perut (ia juga mengonsumsi vitamin C dosis besar).

Obat ajaib untuk segala penyakit

Selalu dan setiap saat orang mengonsumsi asam askorbat, meskipun tidak ada kebutuhan yang mendesak. Namun, menurut studi medis terbesar di zaman kita (karya spesialis medis Amerika dari Universitas New York), yang meneliti banyak karya ilmiah tentang vitamin yang dilakukan dari tahun 1940 hingga 2005, ditemukan bahwa vitamin C tidak membantu menyembuhkan pilek dan lainnya. penyakit terkait. patologi bersamanya. Semua pernyataan yang dibuat tentang ini hanyalah mitos.

Selain itu, penulis penelitian ini mencatat bahwa obat tersebut tidak boleh digunakan sebagai tindakan pencegahan, karena hasilnya masih diragukan.

Menurut hasil penelitian terbaru, terbukti bahwa vitamin C dalam bentuk tablet menyebabkan overdosis. Konsekuensinya adalah batu ginjal dan munculnya beberapa jenis kanker.

Oleh karena itu, pada tahun 2013, American Health Association merekomendasikan agar pasien kanker berhenti mengonsumsi obat tersebut. Ini dilakukan setelah hasil penelitian menunjukkan bahwa agen khusus ini terkonsentrasi pada sel kanker.

Tidak perlu gugup

Seperti yang Anda ketahui, vitamin B membantu menenangkan saraf. Mereka bisa ditemukan di banyak makanan, jadi jika seseorang memiliki pola makan seimbang, mereka didapat dalam jumlah yang cukup. Tidak perlu mengambil persiapan vitamin buatan. Namun, meski demikian, masih banyak yang mengonsumsi zat tersebut dalam bentuk tablet. Meskipun itu sama sekali tidak berguna. Demikian kata para ilmuwan dari US National Institutes of Health, yang baru-baru ini melakukan penelitian.

Dengan menggunakan obat-obatan semacam itu, Anda dapat menumpuk vitamin B secara berlebihan di dalam tubuh, yang tidak bisa dikatakan tentang makanan. Jika jumlahnya melebihi norma, maka kerusakan pada sistem saraf pusat dapat terjadi. Para ilmuwan memperingatkan bahwa risiko kelumpuhan sebagian tinggi. Yang paling berbahaya adalah mengonsumsi vitamin B6, dan merupakan bagian dari hampir semua multivitamin kompleks.

Obat yang memiliki efek sebaliknya

Beta-karoten dan vitamin A (banyak antioksidan lainnya) dianggap sebagai pencegahan kanker yang baik. Mereka rela dipromosikan oleh perusahaan farmasi.

Ada penelitian selama bertahun-tahun yang gagal membuktikan hal ini. Hasil mereka menunjukkan justru sebaliknya. Misalnya, Institut Kanker Nasional AS menganalisis perokok yang mengonsumsi vitamin A dan yang tidak.

Dalam kasus pertama, lebih banyak orang didiagnosis menderita kanker paru-paru. Yang kedua, risiko terkena kanker jauh lebih kecil. Selain itu, kelebihan zat dalam tubuh menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Dalam kedokteran, fenomena ini disebut "paradoks antioksidan".

Studi serupa telah dilakukan dengan orang-orang yang terkait dengan asbes. Sama halnya dengan perokok, mereka yang mengonsumsi betakaroten dan vitamin A memiliki risiko lebih besar terkena kanker di kemudian hari.

Antivitamin

Dipercayai bahwa vitamin E dapat mengurangi risiko kanker, tetapi penelitian terbaru membuktikan sebaliknya. Kerja sama sepuluh tahun para ilmuwan dari tiga universitas di California, Baltimore dan Cleveland, yang mengamati 35 mata pelajaran, memberikan hasil yang aneh.

Ternyata asupan vitamin E yang konstan dalam jumlah banyak meningkatkan risiko terkena kanker prostat.

Selain itu, para ahli di Mayo Clinic, yang berlokasi di Minnesota, membuktikan bahwa kelebihan obat ini memicu kematian dini pada orang dengan berbagai penyakit (jenis kelamin dan usia tidak masalah).

Kompleks vitamin dan mineral

Sejak paruh kedua abad terakhir, tablet yang mengandung seluruh vitamin dan mineral kompleks telah dianggap sebagai obat untuk semua penyakit. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ini tidak terjadi sama sekali.

Pakar Finlandia, yang mengamati empat puluh ribu wanita selama 25 tahun yang mengonsumsi multivitamin kompleks, menemukan bahwa di antara mereka risiko kematian dini meningkat. Penyebabnya adalah berbagai penyakit yang timbul akibat kelebihan vitamin B6, zat besi, seng, magnesium, dan asam folat di dalam tubuh.

Tetapi para ahli di University of Cleveland telah menetapkan fakta bahwa 100 gram bayam segar memiliki komponen yang lebih bermanfaat daripada satu tablet kompleks multivitamin.

Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa lebih baik tidak mengonsumsi obat buatan. Segala sesuatu yang diperlukan tubuh manusia ada dalam makanan biasa. Vitamin diperlukan hanya untuk pasien yang sakit parah dalam situasi darurat.

Tinggalkan Balasan