Percaya diri vs harga diri

Kedua konsep ini mudah membingungkan, tetapi perbedaan di antara keduanya sangat besar. Bagaimana membedakan satu dari yang lain? Apa yang layak diperjuangkan, dan kualitas apa yang lebih baik untuk dibuang? Psikiater dan filsuf Neil Burton berbagi pemikiran yang membantu Anda melihat ke dalam diri sendiri dan, mungkin, memahami diri sendiri dengan lebih baik.

Beberapa dari kita merasa jauh lebih mudah untuk menjadi percaya diri daripada mendapatkan harga diri yang sejati. Terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain, kita membuat daftar kemampuan, pencapaian, dan kemenangan kita yang tak ada habisnya. Alih-alih mengatasi kekurangan dan kegagalan kami sendiri, kami menyembunyikannya di balik berbagai sertifikat dan hadiah. Namun, daftar kemampuan dan pencapaian yang ekstensif tidak pernah cukup atau diperlukan untuk harga diri yang sehat.

Kami terus menambahkan lebih banyak poin dengan harapan bahwa suatu hari ini akan cukup. Tetapi dengan cara ini kita hanya mencoba mengisi kekosongan di dalam diri kita sendiri — dengan status, pendapatan, properti, hubungan, jenis kelamin. Ini berlanjut dari tahun ke tahun, berubah menjadi maraton tanpa akhir.

"Keyakinan" berasal dari bahasa Latin fidere, "percaya". Percaya diri berarti percaya pada diri sendiri — khususnya, pada kemampuan Anda untuk berhasil atau setidaknya cukup berinteraksi dengan dunia. Orang yang percaya diri siap menghadapi tantangan baru, menangkap peluang, menangani situasi sulit, dan bertanggung jawab jika ada yang salah.

Tidak dapat disangkal, kepercayaan diri mengarah pada pengalaman yang sukses, tetapi sebaliknya juga benar. Juga terjadi bahwa seseorang merasa lebih dari percaya diri di satu bidang, seperti memasak atau menari, dan sama sekali tidak percaya diri di bidang lain, seperti matematika atau berbicara di depan umum.

Harga diri — penilaian kognitif dan emosional kita tentang pentingnya kita sendiri, signifikansi

Ketika kepercayaan diri kurang atau kurang, keberanian mengambil alih. Dan jika kepercayaan beroperasi di bidang yang diketahui, maka keberanian dibutuhkan di mana ada ketidakpastian yang mengilhami rasa takut. “Katakanlah saya tidak yakin akan melompat ke air dari ketinggian 10 meter sampai saya memiliki keberanian untuk melakukannya setidaknya sekali,” psikiater dan filsuf Neil Burton memberi contoh. “Keberanian adalah kualitas yang lebih mulia daripada kepercayaan diri, karena membutuhkan lebih banyak kekuatan. Dan juga karena orang yang berani memiliki kemampuan dan kemungkinan yang tidak terbatas.

Kepercayaan diri dan harga diri tidak selalu berjalan beriringan. Secara khusus, Anda bisa sangat percaya diri dan pada saat yang sama memiliki harga diri yang rendah. Ada banyak contohnya — ambil setidaknya selebriti yang bisa tampil di depan ribuan penonton dan pada saat yang sama menghancurkan dan bahkan bunuh diri dengan menggunakan narkoba.

«Respect» berasal dari bahasa Latin aestimare, yang berarti «untuk mengevaluasi, menimbang, menghitung». Harga diri adalah penilaian kognitif dan emosional kita tentang pentingnya kita sendiri, signifikansi. Ini adalah matriks dimana kita berpikir, merasa dan bertindak, bereaksi dan menentukan hubungan kita dengan diri kita sendiri, orang lain dan dunia.

Orang dengan harga diri yang sehat tidak perlu membuktikan nilai mereka kepada diri mereka sendiri melalui faktor eksternal seperti pendapatan atau status, atau mengandalkan tongkat penyangga berupa alkohol atau obat-obatan. Sebaliknya, mereka memperlakukan diri mereka sendiri dengan hormat dan peduli terhadap kesehatan, masyarakat, dan lingkungan mereka. Mereka dapat sepenuhnya berinvestasi dalam proyek dan orang-orang karena mereka tidak takut gagal atau ditolak. Tentu saja, mereka juga menderita rasa sakit dan kekecewaan dari waktu ke waktu, tetapi kegagalan tidak merugikan mereka atau mengurangi signifikansinya.

Karena ketahanan mereka, orang yang menghargai diri sendiri tetap terbuka untuk pengalaman baru dan hubungan yang bermakna, toleran terhadap risiko, menikmati dan menikmati dengan mudah, dan mampu menerima dan memaafkan—baik diri mereka sendiri maupun orang lain.


Tentang penulis: Neil Burton adalah seorang psikiater, filsuf, dan penulis beberapa buku, termasuk The Meaning of Madness.

Tinggalkan Balasan